A. Politik luar negeri bebas-aktif
Indonesia
Sejak
merdeka, Indonesia telah menyadari kedudukannya yang penting dalam pergaulan internasional.
Oleh karena itu,sejak awal pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan luar
negeri yang disebut politik bebas-aktif. Politik bebas-aktif ini dicetuskan ole
mohammad hatta. Kalian tentu tau siapa beliau? Mohammad hatta adalah tko
pergerakan nasional. Beliau menjadi wakil presiden pertama. Beliau juga salah
satu proklamator kemerdekaan Indonesia.
Mengapa
politik luar negeri Indonesia disebut politik bebas-aktif? Hal itu dikarenakan
politik luar negeri Indonesia ditegakkan diatas dua prinsip, yaitu bebas dan
aktif. Disebut bebas karena politik luar negeri Indonesia terbebas dari
pengaruh Negara-negar atau kekuatan asing. Meski demikian, Indonesia tidak
tinggal diam dengan masalah-masalah dunia yang muncul. Bersama perserikatan
bangsa-bangsa (PBB) dan organisasi-organisasi dunia lain, Indonesia turut aktif
dalam mewujudka perdamaian dunia. Inilah yang dimaksud prinsip aktif.
B. Peranan Indonesia dalam organisasi
tingkat Internasional
Kalian tentu
telah memahami Politik Bebas Aktif. Sekarang, kita akan menyimak penerapannya
dalam kegiatan di tingkat internasional. Kita akan menelusuri peran Indonesia
melalui berbagai organisasi tingkat dunia. Melalui organisasi-organisasi
tersebut peran Indonesia dalam dunia internasional sangat besar. Nah, berikut
peran Indonesia dalam beberapa organisasi internasional.
1. Peran Indonesia atas Terselenggaranya Konferensi
Asia-Afrika
Indonesia
merupakan pemrakarsa penyelenggaraan Konferensi Asia- Afrika (KAA). KAA adalah
pertemuan antara negara-negara Benua Asia dan Benua Afrika. Pada waktu itu,
negara-negara tersebut kebanyakan baru merdeka. Negara-negara tersebut
berkumpul untuk menghasilkan beberapa kesepakatan. Salah satunya adalah untuk
mewujudkan perdamaian dunia. KAA diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat. KAA
merupakan salah satu wujud Politik Bebas-Aktif Indonesia dalam tingkat
internasional. KAA merupakan salah satu upaya mewujudkan perdamaian dunia.
a.
Sejarah
Konferensi Asia-Afrika
Konferensi
Asia-Afrika diawali oleh Konferensi Colombo, di Colombo, ibukota negara Sri Lanka.
Konferensi Colombo dilaksanakan tanggal 28 April- 2 Mei 1954. Konferensi ini
mempertemukan lima pemimpin negara Asia, yaitu Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana
Menteri India), Sir John Kotelawala (Perdana Menteri Sri Lanka), Moh. Ali
Jinnah (Perdana Menteri Pakistan), U Nu (Perdana Menteri Burma/Myanmar), dan
Ali Sastroamidjojo (Perdana Menteri Indonesia). Konferensi Colombo ini
menghasilkan beberapa kesepakatan. Salah satunya adalah kesepakatan untuk
menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA) dalam waktu dekat. Indonesia
disepakati menjadi tuan rumah konferensi tersebut.
Sebelum KAA
dilaksanakan, tanggal 28-31 Desember 1954 diadakan sebuah pertemuan persiapan
di Bogor, Indonesia. Konferensi ini dihadiri oleh wakil dari lima negara yang
hadir pada Konferensi Colombo sebelumnya. Dalam pertemuan inilah waktu dan
tempat pelaksanaan KAA disepakati.
b.
Peran
Indonesia dalam Kesuksesan Konferensi Asia-Afrika
KAA
diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat, tanggal 18-24 April 1955. Konferensi
ini dihadiri oleh 23 negara Asia dan 6 negara Afrika. Anggota konferensi dari
Asia adalah Indonesia, India, Burma, Pakistan, Sri Lanka, Cina, Jepang, Vietnam
Utara, Vietnam Selatan, Laos, Kamboja, Thailand, Filipina, Nepal, Afganistan,
Iran, Irak, Yordania, Turki, Syria, Saudi Arabia, dan Yaman. Adapun
negara-negara dari Benua Afrika adalah Mesir, Ethiopia, Libya, Sudan, Liberia,
dan Pantai Emas (sekarang Ghana).
Konferensi
Asia-Afrika berjalan dengan sukses. KAA menjadi pusat perhatian dunia saat itu.
Indonesia pun tidak lepas dari perhatian dunia karena menjadi tuan rumah. Konferensi
Asia-Afrika menghasilkan beberapa keputusan penting. Beberapa keputusan penting
tersebut antara lain:
-
memajukan kerja sama antarnegara di kawasan
Asia dan Afrika dalam bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
-
menyerukan kemerdekaan Aljazair,
Tunisia, dan Maroko dari penjajahan Prancis;
-
menuntut pengembalian Irian Barat (sekarang
Papua) kepada Indonesia dan Aden kepada Yaman;
-
menentang diskriminasi dan
kolonialisme;dan
-
ikut aktif dalam mengusahakan dan memelihara
perdamaian dunia.
Selain beberapa
keputusan penting tersebut, Konferensi Asia-Afrika juga mencetuskan Dasasila
Bandung atau disebut juga Bandung Declaration. Dasasila Bandung
berisi 10 prinsip, yaitu:
a.
menghormati hak-hak dasar manusia dan
tujuan-tujuan serta asasasas yang termuat dalam Piagam PBB;
b.
menghormati kedaulatan dan integritas
teritorial semua bangsa;
c.
mengakui persamaan semua suku bangsa dan
persamaan semua bangsa besar maupun kecil;
d.
tidak melakukan intervensi atau campur
tangan persoalan dalam negeri negara lain;
e.
menghormati hak-hak setiap bangsa untuk
mempertahankan diri secara sendirian atau kolektif, sesuai dengan Piagam PBB;
f.
tidak mempergunakan peraturan-peraturan dari
pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu
negara besar dan tidak melakukan tekanan terhadap Negara lain;
g.
tidak melakukan tindakan-tindakan atau
ancaman-ancaman agresi terhadap keutuhan wilayah dan kemerdekaan negara lain;
h.
menyelesaikan segala perselisihan
internasional dengan jalan damai, sesuai dengan Piagam PBB
i.
memajukan kepentingan bersama dan kerja
sama
j.
menghormati hukum dan
kewajiban-kewajiban internasional.
2. Peran Indonesia dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations (UN) adalah organisasi yang
menghimpun negara-negara di dunia. Tujuannya adalah untuk mewujudkan perdamaian
dunia dan kerja sama antarnegara anggota. PBB didirikan pada 28 Juni 1945,
tidak lama setelah Perang Dunia II berakhir. PBB didirikan oleh empat negara
besar, yaitu Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, dan Cina. PBB dibentuk untuk
membuat tatanan dunia menjadi lebih baik dan lebih damai, terbebas dari
peperangan dan permusuhan. Organisasi ini bermarkas di kota New York, Amerika Serikat.
Walaupun
didirikan oleh negara-negara besar, keanggotaan PBB terbuka bagi semua negara
di dunia. Sampai
saat ini, anggota PBB berjumlah 191 negara. Jadi, hampir seluruh negara
di dunia telah
menjadi anggota PBB. Semua negara yang menjadi anggota PBB memiliki kedudukan
yang sama. Negara besar maupun kecil, baik kaya atau miskin, semuanya memiliki
hak dan
kewajiban yang sama bagi terciptanya perdamaian dunia.
a. Sejarah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Seusai
Perang Dunia I, dunia mengalami kerusakan yang sangat parah. Puluhan negara
hancur. Jutaan nyawa manusia menjadi korban. Oleh karena itu, beberapa negara
kemudian menggagas sebuah organisasi antarnegara yang bisa mencegah timbulnya
peperangan kembali. Maka, didirikanlah sebuah organisasi yang bernama Liga
Bangsa-Bangsa (LBB) atau League of Nations (LN). Keberadaan LBB mendapat
sambutan baik dari banyak negara. Dalam waktu cepat LBB memiliki 63 negara
anggota. Beberapa anggota LBB adalah negara besar, yaitu Prancis, Inggris,
Italia, Jerman, dan Jepang.
Namun
sayang, LBB gagal menciptakan perdamaian dunia. Pada akhir tahun 1930-an, perang
kembali terjadi di mana-mana. Perang yang berlangsung jauh lebih besar dan
mengerikan. Sebab, wilayah peperangan semakin luas. Negara-negara yang terlibat
perang pun jauh lebih banyak. Korban manusia juga lebih banyak. Itulah yang
dikenal dengan sebutan Perang Dunia II.
Dengan
meletusnya Perang Dunia II, LBB dianggap telah gagal. Ketika Perang Dunia II
berakhir, beberapa negara besar melakukan pertemuan. Negara-negara itu adalah
Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, dan Cina. Tujuan pertemuan itu adalah
untuk mendirikan organisasi pengganti LBB. Cita-citanya sama, yaitu menciptakan
perdamaian di dunia. Pada pertemuan di San Fransisco, Amerika Serikat, tanggal
26 Juni 1945, 50 negara sepakat untuk membubarkan LBB. Pertemuan tersebut
mencetuskan sebuah organisasi baru antarnegara yang menggantikan LBB. Nama
organisasi itu adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations (UN).
PBB secara resmi berdiri pada tanggal 24 Oktober 1945. Markas besar PBB ditetapkan
di kota New York, Amerika Serikat.
b.
Peran PBB bagi Indonesia
PBB
memiliki peran besar bagi tegaknya kedaulatan Indonesia. Terutama pada
masa-masa awal kemerdekaan.padahal, saat itu Indonesia belum menjadi anggota
PBB. PBB menjadi perantara Indonesia dan belanda pada konferensi meja bundar
(KMB), tahun 1949.hasilnya, kerajaan belanda mangakui secara resmi kemerdekaan
Indonesia. PBB juga berperan penting dalam kembalinya irian jaya (kini papua)
ke pengakuan Indonesia pada tahun 1963. PBB berhasil mendesak belanda untuk
mengembalikan papua keada Indonesia.
c.
Peran Indonesia dalam kegiatan PBB
Indonesia
menjadi anggota PBB pada tanggal 27 september 1950. Indonesia adalah Negara
ke-60 yang menjadi anggota PBB. Seharusnya berikutnya, yaitu tanggal 28
september 1950, benderamerah putih berkibar di depan markas PBB di new York,
berdampingan dengan 59 bendera Negara anggota lainnya. Mr. Muhammad Roem adalah
ketua delegasi republic Indonesia pertama yang mengikuti siding umum PBB.
Selama
menjadi anggota PBB, Indonesia berperan aktif dalam misi-misi perdamaian yang
dilakukan dewan keamanan (DK) PBB. Indonesia ikut mengirim kontigen pasukan
untuk turut memelihara perdamaian dunia.
Berikut adalah
keikutsertaan Indonesia dalam
misi-misiperdamaian yang dilakukan bersam DK PBB :
a.
Mengirim kontigen garuda I untuk menjaga
perdamaian di terusan suez, mesir pada tanggal 1 januari 1957.
b.
Mengirim kontigen garuda II ke zeire
yang mengalami perang saudara pada tanggal 10 september 1960.
c.
Mengirim kontigen garuda III ke zeire
untuk menggantikan kontigen garuda II yang telah menyelesaikan tugasnya pada
bulan desember 1962.
d.
Mengirim kontigen garuda IV ke Vietnam
yang mengalami perang saudara. Kontigen ini selesai bertugas tahun 1973.
e.
Mengirim kontigen garuda V menggantikan
kontigen garuda IV di Vietnam.
f.
Mengirim kontigen garuda VI dikirm ke
timur tengah guna penyelesaian sengketa antara mesir dan Israel pada tahun
1973.
g.
Mengirim kontigen garuda VII ke Vietnam,
menggantikan kontigen garuda V yang telah selesai masa tugasnya.
h.
Mengirim kontigen garuda VIII ke timur
tengah menggantikan kontigen garuda VI yang telah selesai masa tugasnya pada
tahun 1977.
i.
Mengirim kontigen garuda IX di kirim ke
Lebanon pada tahun 2006. Kontingen ini bertugas menjaga perdamaian selepas
serangan Israel ke Lebanon.
3. Peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok (GNB)
Gerakan Non-Blok
merupakan gerakan untuk tidak memihak salah satu blok kekuatan di dunia.
Pendirian organisasi ini berperan dalam meredam ketegangan dunia. Keberadaan
organisasi ini dapat membendung perluasan dari kedua blok yang berseteru. Gerakan
ini diikuti oleh sejumlah Negara termasuk Indonesia. Indonesia bukan saja
sebagai negara anggota, tetapi juga pendirinya. Oleh karena itu, peranan
Indonesia dalam organisasi ini cukup penting. Bagaimana sejarah pendirian
Gerakan Non-Blok? Bagaimana pula peran Indonesia dalam kegiatan dari organisasi
ini? Nah, simaklah penjelasan berikut untuk mengetahuinya :
a. Sejarah Gerakan Non-Blok
Setelah
Perang Dunia II berakhir dunia terbagi menjadi dua blok, yakni Blok Barat dan
Blok Timur. Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika berpaham Liberal. Sementara
Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet berpaham Komunis. Kedua blok tersebut
saling berlawanan karena perbedaan paham tersebut. Agar menjadi semakin kuat,
tiap-tiap blok mencari sekutu sebanyakbanyaknya. Negara-negara yang baru
merdeka diajak untuk menjadi sekutu. Meskipun demikian, tidak semua negara
bersedia mengikuti salah satu blok tersebut. Ada negara-negara yang memilih
bersikap netral. Negaranegara tersebut tidak mau memihak salah satu blok. Di
antara negaranegara netral ini adalah Indonesia, India, Mesir, Ghana, serta
Yugoslavia. Atas inisiatif pemimpin lima negara ini terbentuklah sebuah
organisasi yang disebut Gerakan Non-Blok (GNB) atau Non-Aligned Movement (NAM).
Pemimpin
kelima negara tersebut antara lain Soekarno (Presiden Indonesia), Pandit
Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Gamal Abdel Naser (Presiden Mesir),
Josep Broz Tito (Presiden Yugoslavia), dan Kwame Nkrumah (Presiden Ghana),
Gerakan Non-Blok didirikan pada tanggal 1 September 1961. Gerakan ini diilhami
oleh Dasasila Bandung yang disepakati pada Konferensi Asia Afrika tahun 1955.
b. Tujuan Gerakan Non-Blok
Gerakan
Non-Blok dan Dasasila Bandung memiliki keterkaitan yang erat. Hal ini dapat
dilihat dari salah satu asas yang dipakai Gerakan Non-Blok. Asas tersebut
adalah berusaha menyokong perjuangan kemerdekaan di semua tempat. Asas lainnya
adalah memegang teguh perjuangan melawan imperialisme, kolonialisme, dan
neokolonialisme. Semangat Dasasila Bandung juga terlihat dari tujuan-tujuan Gerakan
Non-Blok berikut :
-
Mengembangkan solidaritas antara sesama
negara berkembang dalam mencapai persamaan, kemakmuran, dan kemerdekaan.
-
Turut serta meredakan ketegangan dunia
akibat perseteruan antara Blok Barat dan Blok Timur.
-
Berusaha membendung pengaruh buruk, baik
dari Blok Barat maupun Blok Timur.
c. Perkembangan Gerakan Non-Blok
Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non-Blok pertama dilaksanakan pada tanggal 1-6
September 1961 di Beograd, Yugoslavia. KTT GNB pertama ini diikuti 25 negara
anggota. Selain ke-25 anggota, hadir pula tiga Negara sebagai peninjau dalam
KTT tersebut. Negara-negara tersebut adalah Brazil, Bolivia, dan Ekuador.
Table peserta
KTT I gerakan non-blok :
No
|
Negara
|
Benua/kawasan
|
Status
keanggotaan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
|
Afganistan
Aljazair
Burma/Myanmar
Cyprus
Ethiopia
Ghana
Guinea
Kamboja
Srilangka
Kongo
Kuba
India
Indonesia
Irak
Lebanon
Mali
Maroko
Nepal
Saudi
Arabia
Somalia
Sudan
Tunisia
Rep.persatuan
arab
Yaman
Yugoslavia
Brazil
Bolivia
Ekuador
|
Asia
Afrika
Asia
Eropa
Afrika
Afrika
Afrika
Asia
Asia
Afrika
Amerika
Asia
Asia
Asia
Asia
Afrika
Afrika
Asia
Asia
Afrika
Afrika
Afrika
Asia/afrika
Asia
Eropa
Amerika
Amerika
Amerika
|
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Peninjau
Peninjau
Peninjau
|
Dari tahun ke
tahun, GNB semakin berkembang. Anggotanya semakin banyak. Pada KTT II GNB di
Mesir, tercatat 47 negara hadir dengan status sebagai anggota, sementara 10
negara hadir sebagai peninjau. Ini menjadikan GNB memiliki kedudukan terhormat
dalam percaturan dunia. Pada masa persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur
masih kuat, GNB dianggap menjadi kekuatan penyeimbang.
d. Peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok
Kiprah Indonesia
dalam GNB sangatlah besar dan penting. Indonesia adalah salah satu negara
penggagas berdirinya GNB. Presiden Soekarno adalah satu dari lima pemimpin
dunia yang mendirikan GNB. Selain itu, Indonesia juga memiliki peran penting
dalam perkembangan dan sejarah GNB. Salah satunya ditunjukkan saat Indonesia
menjadi pemimpin GNB tahun 1991.
Saat itu,
Presiden Soeharto terpilih menjadi ketua GNB. Sebagai pemimpin GNB, Indonesia sukses
menggelar KTT X GNB di Jakarta. Selain itu, Indonesia juga berperan penting
dalam meredakan ketegangan di kawasan bekas Yugoslavia pada tahun 1991. Pada
waktu itu, kawasan tersebut dilanda peperangan antaretnis.
C.
Peran Politik Indonesia di Era
Globalisasi
Penjelasan
sebelumnya menunjukkan bahwa Indonesia memiliki peran politik yang besar.
Peranan tersebut terlihat dari partisipasi Indonesia melalui pelbagai
organisasi internasional. Indonesia berperan secara bebas tanpa pengaruh dan
tekanan dari pihak asing. Selain itu, Indonesia juga sangat aktif. Indonesia
banyak terlibat dalam kegiatan dalam pelbagai organisasi
internasional.
Nah, semua itu merupakan peran politik Indonesia dalam dunia internasional.
Kalian harus bangga memiliki negara seperti Indonesia. Indonesia memang tidak
semaju negara lain, tetapi peranannya dalam dunia internasional sangatlah
besar.
Lalu,
bagaimana peran politik Indonesia dalam menghadapi era globalisasi? Kalian
pasti sudah sering mendengar istilah globalisasi. Kalian telah mempelajarinya
di kelas IV. Secara sederhana, globalisasi dapat diartikan sebagai proses
mendunia atau menjadi satu dunia. Dalam era globalisasi, sesuatu yang terjadi
di suatu negara dapat langsung dilihat atau diketahui negara lain. Di era
globalisasi dunia kita rasakan semakin menyempit. Melalui televisi kita dapat menyaksikan
peristiwa dari Negara lain. Dengan internet, kita dapat berkomunikasi dengan
orang di seluruh dunia. Semua itu merupakan fenomena dari globalisasi. Keadaan
ini tentu
saja berpengaruh
terhadap kehidupan seluruh bangsa-bangsa di dunia.
Era globalisasi
menjadi tantangan bagi semua negara. Setiap Negara dihadapkan pada pelbagai
persoalan dunia. Persoalan tersebut termasuk dalam bidang politik. Keadaan
politik di sebuah negara dapat memengaruhi negara lain. Peristiwa politik di
negara lain dapat menimbulkan gejolak di negara lain. Setiap negara dapat
merasa terlibat atas suatu permasalahan politik di suatu negara. Hal itu
terjadi karena hubungan antarnegara yang sangat luas. Hubungan tersebut
melahirkan solidaritas antarbangsa yang saling menjalin hubungan. Oleh karena
itu, setiap negara di dunia saling terkait satu sama lain.
Indonesia
pun menghadapi keadaan seperti di atas. Terlebih lagi, Indonesia banyak
terlibat dalam pelbagai organisasi dunia. Indonesia pun menjalin hubungan
dengan negara lain di luar organisasi yang disebutkan di depan. Oleh karena
itu, Indonesia mempunyai peran politik yang cukup luas. Tentu kalian sudah
mengetahui peran politik Indonesia melalu pelbagai organisasi yang ada.
Peran
politik Indonesia di era globalisasi ditunjukkan dalam menyikapi peristiwa
dunia. Indonesia turut aktif dalam menyikapi permasalahan dan isu-isu yang
bersifat global. Hal itu biasanya ditunjukkan dengan pernyataan sikap
pemerintah Indonesia terhadap peristiwa di negara lain. Pernyataan tersebut
merupakan sikap politik bangsa Indonesia. Meski terjadi di Negara lain, bukan
berarti Indonesia lepas tangan. Sebagai warga dunia, Indonesia merasa menjadi
satu keseluruhan. Hal tersebut merupakan bentuk peran politik Indonesia di era
globalisasi.
Salah satu
contoh peran politik Indonesia dalam menyikapi isu global yaitu kecaman
terhadap penyerangan Palestina oleh Israel. Penyerangan tersebut terjadi pada
bulan Agustus 2006. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi kedaulatan
dan cinta damai. Oleh karena itu, Indonesia juga turut mengambil sikap terhadap
masalah tersebut. Selain itu, perang merupakan tindakan yang tidak tepat dalam
menyelesaikan masalah. Segala perselisihan akan terselesaikan dengan baik
melalu musyawarah ataupun diplomasi. Organisasi internasional seperti
Organisasi Konferensi Islam (OKI) juga mengecam tindakan Israel. Hal ini juga
menunjukkan dalam era globalisasi semua pihak saling terkait. Permasalahan di
salah satu Negara dapat menjadi permasalahan seluruh warga dunia. Nah, dari
contoh tersebut kalian tentu bisa menemukan contoh yang lain. Oleh karena itu,
kalian pun harus rajin menyimak perkembangan dunia. Dengan demikian, kalian
akan banyak tahu peran politik Indonesia di era globalisasi.
Oleh : USWATUN HASANAH (E1E214110)