A. Pancasila sebagai dasar Negara
Apa
jadinya bangunan yang berdiri tanpa dasar atau fondasi? Tentu bangunan itu akan
mudah runtuh, bukan? Sebuah bangunan tanpa dasar pasti mudah runtuh. Oleh
karena itu, sebuah bangunan memerlukan dasar atau fondasi. Bangunan yang kokoh
tentunya berdiri di atas dasar yang kokoh dan kuat. Seperti bangunan, setiap Negara
memerlukan dasar negara agar tetap tegak berdiri. Bagi sebuah negara, dasar
negara menjadi landasan pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dengan demikian,
penyelenggaraan pemerintahan dapat terarah dan teratur. Kegiatan bernegara
harus memiliki landasan yang kuat. Hal ini penting terutama bagi sebuah negara
baru. Oleh karena itu, dasar Negara dirumuskan sebelum sebuah negara didirikan.
Pancasila
sebagai dasar Negara berfungsi penting dalam kehidupan bernegara. Pancasila
menjadi penentu arah dan cita-cita luhur bangsa Indonesia. Pancasila juga
menjadi tuntunan untuk menjalankan kehidupan bernegara. Segenap warga Indonesia
harus menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Bila semua dapat melakukannya maka
cita-cita luhur bangsa Indonesia akan terwujud. Cita-cita luhur yang dimaksud yaitu
masyarakat adil dan makmur.
Sebelum
menjadi dasar negara, Pancasila mengalami proses yang panjang. Para pendiri
bangsa berjuang menyatukan tenaga dan pikiran. Tujuannya untuk mewujudkan
Indonesia merdeka dengan dasar yang kuat. Dengan dasar yang kuat Indonesia akan
kokoh. Indonesia pun tidak akan mudah terpecah belah. Para pendiri bangsa telah
memberikan kita contoh semangat kebersamaan. Semangat tersebut tampak dalam
perumusan Pancasila menjadi dasar negara.
Nah, tugas kita
adalah menjaga agar semangat kebersamaan tetap menyala. Kita tidak boleh
membiarkan warisan kebersamaan yang sangat berharga itu koyak-moyak. Lantas,
apa saja nilai lain dari perumusan Pancasila? Apa yang harus kita lakukan agar
nilai-nilai tersebut tetap melekat dalam kehidupan kita?
Pada
masa penjajahan, seluruh bangsa berjuang untuk meraih kemerdekaan. Mereka
berjuang dengan banyak cara. Ada yang berjuang dengan pertempuran bersenjata.
Ada pula yang berjuang dengan pikiran. Semuanya mengerahkan segenap kemampuan untuk
mencapai Indonesia merdeka.
Perjuangan
melalui pemikiran banyak dilakukan oleh para pendiri bangsa. Salah satunya dilakukan
dalam perumusan Pancasila. Bagaimanakah perjuangan para tokoh dalam merumuskan
Pancasila? Mari kita simak proses perjuangan tersebut dalam uraian berikut.
Pada
awal tahun 1945, Indonesia masih dijajah oleh Jepang. Jepang menjajah Indonesia
selama tiga tahun. Jepang menjajah Indonesia sejak tahun 1942. Penjajahan itu
dimulai setelah mereka berhasil mengusir Belanda. Jepang juga berhasil menjajah
beberapa negara di Asia Tenggara. Beberapa negara tersebut antara lain
Filipina, Burma (Myanmar), dan Vietnam. Saat itu, tentara Jepang termasuk yang
paling kuat di dunia.
Selama
tahun 1945, keadaan berbalik. Tentara Jepang mulai mengalami kekalahan di
berbagai medan pertempuran. Pada Perang Pasifik, pasukan Jepang dikalahkan oleh
Amerika. Jepang juga dikalahkan oleh Sekutu pimpinan Inggris di kawasan
Indocina.
Kekalahan
tersebut mengancam kekuasaan Jepang di negaranegara jajahannya. Di Indonesia, Jepang
juga harus menghadapi perlawanan rakyat. Terlebih lagi, Belanda masih ingin
kembali menjajah Indonesia. Pada waktu itu, Belanda bergabung dengan Sekutu. Perlawanan
rakyat dan usaha Belanda menjadikan kedudukan Jepang kian lemah.
Akhirnya,
Jepang terpaksa menjanjikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Janji tersebut
bertujuan untuk meredam gejolak dan perlawanan rakyat Indonesia. Selain itu
juga dimaksudkan untuk memberi kesan bahwa Jepang-lah yang memerdekaan Indonesia.
Dengan janji tersebut, rakyat Indonesia diharapkan bersedia membantu Jepang
menghadapi Sekutu.
Untuk
memenuhi janjinya, Jepang kemudian membentuk BPUPKI. BPUPKI merupakan singkatan
dari Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Badan ini
dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945. Dalam bahasa Jepang, BPUPKI disebut Dokuritsu
Zjunbi Tyoosakai. BPUPKI bertugas menyelidiki kesiapan bangsa Indonesia
dalam menyongsong kemerdekaan dan membentuk pemerintahan sendiri. Penguasa
Jepang menunjuk Dr. Radjiman Wediodiningrat sebagai ketua BPUPKI. Beberapa
tokoh terkemuka menjadi anggotanya. Beberapa tokoh tersebut antara lain
Soekarno, Moh. Hatta, ki hajar dewantara, K.H.Mas Mansur, K.H wachid Hasyim,
K.H Agus salim, soepomo, dan moh.yamin. yang unik ada juga anggota BPUPKI yang
berasal dari jepang. Jumlahnya tujuh orang. Namun, mereka hanya bertindak
sebagai pengawas. Oleh sebab itu, mereka tidak memiliki hak suara ataupun hak
berpendapat.
Gambar
saat siding BPUPKI
C. Proses perumusan pancasila
Anggota
BPUPKI resmi dilantik pada tanggal 28 Mei 1945. Sehari berikutnya yaitu tanggal
29 Mei 1945, BPUPKI mulai bersidang. Sidang berlangsung sampai tanggal 1 Juni
1945. Salah satu agendanya adalah merumuskan dasar negara Indonesia merdeka.
Dalam
sidang tersebut, beberapa anggota mengajukan usulan tentang dasar negara. Ada
tiga tokoh yang mengajukan gagasan tentang dasar Negara Indonesia. Mereka
adalah Mohammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Pada tanggal 29 Mei 1945,
Mohammad Yamin mengemukakan
Moh.
Yamin, Soepomo, dan Soekarno adalah peletak
dasar
negara Pancasila.
Berikut ini lima
dasar usulan Mohammad Yamin :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Selanjutnya,
tanggal 31 Mei 1945 giliran Soepomo menyampaikan gagasannya. Menurutnya, Indonesia
harus berdiri di atas asas-asas berikut :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan
Lahir dan Batin
4. Musyawarah
5. Keadilan
Rakyat
Terakhir,
tanggal 1 Juni 1945 giliran Soekarno menyampaikan usulannya. Soekarno juga
menyatakan bahwa negara Indonesia harus didirikan di atas lima dasar. Hanya
saja, rinciannya berbeda. Berikut ini lima dasar negara usulan Soekarno :
1. Kebangsaan
Indonesia atau Nasionalisme
2. Peri
Kemanusiaan atau Internasionalisme
3. Mufakat atau
Demokrasi
4. Kesejahteraan
Sosial
5. Ketuhanan
Yang Maha Esa
Usulan-usulan
tersebut tidak langsung diterima oleh BPUPKI. Setiap usulan ditampung dan
dimusyawarahkan bersama. Oleh karena itu, dibentuklah sebuah tim khusus. Tim
tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah panitia kecil yang terdiri atas
sembilan orang. Mereka adalah Soe karno, Moh. Hatta, Moh. Yamin, Ahmad
Soebardjo, A.A. Maramis, Abdul Kahar Muzakir, K.H. Wachid Hasyim, H. Agus
Salim, dan Abikoesno Tjokrosoejoso. Tim inilah yang kemudian disebut sebagai
Panitia Sembilan. Panitia Sembilan bertugas membahas lebih lanjut usulan-usulan
tentang dasar negara.
Tanggal
22 juni 1945, panitia Sembilan menetapkan hasil siding. Hasilnya adalah rumusan
yang disebut sebagai piagam Jakarta atau Jakarta sharter. Piagam ini. Dinamakan
piagam Jakarta karena disusun di Jakarta. Dalam piagam inilah termuat lima
dasar Negara Indonesia.
Selesai
menjalankan tugasnya, BPUPKI dibubarkan pada tanggal 17 agustus 1945. Sebagai
gantinya, dibentuklah PPKI (panitia persiapan kemerdekaan Indonesia). Dalam
bahasa jepang PPKI disebut Dokuritsu
Zyunbi Inkai.. PPKI-lah yang
mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang rumusannya diambil dari piagam Jakarta. Di
dalam pembukaan UUD 1945 itu tercantum rumusan pancasila dasar Negara.
Pengesahannya dilakukan pada tanggal 18 agustus 1945. Piagam Jakarta mengalami
sedikit perubahan. Atas usul Moh. Hatta, butir pertama piagam Jakarta diubah.
Bunyinya menjadai “ ketuhanan yang maha esa”. Sebelumnya, butir pertamanya
berbunyi “ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluk-pemeluknya”.
Apa
alas an perubahan ini ? kata-kata butir pertama sebelum diubah ternyata kurag
disetujui sebagian komponen bangsa lain. Oleh karena itu, perubahan tersebut
perlu dilakukan. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga persatuan dan kesatuan
Indonesia yang baru saja merdeka. Akhirnya, usulan Moh.Hatta disepakati oleh
semua anggota PPKI. Jadilah sila pertama dasar Negara berbunyi “ ketuhanan yang
maha esa”.
Piagam
Jakarta yang telah mengalami perubahan itu kemudian disahkan menjadi pembukaan
(preambule) Undang-Undang Dasar 1945. Lima dasar atau sila yang
dicantumkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 itu kemudian disebut
Pancasila.
D. Nilai-nilai juang dan kebersamaan
para tokoh
Proses
perumusan Pancasila yang dilakukan para tokoh menjadi pelajaran berharga bagi
kita. Semua itu dilakukan dengan penuh nilai perjuangan dan diliputi dalam
semangat kebersamaan. Berikut beberapa nilai juang dan semangat kebersamaan
dari para tokoh perumus Pancasila:
1. Berbeda-beda tetapi Satu Cita-cita
Teman-teman,
apa yang dapat kita teladani dari sejarah perumusan Pancasila? Usulan-usulan
dalam sidang BPUPKI berbeda-beda. Kalian tidak perlu heran terhadap perbedaan
pendapat tersebut. Sebab, anggota BPUPKI dibentuk dari berbagai daerah yang
berbeda-beda. Ada yang berasal dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, Bali, Nusa
Tenggara, Sulawesi, dan Maluku. Bahkan ada pula anggota yang berasal dari
keturunan Tionghoa, Arab, dan India. Perbedaan-perbedaan inilah yang menyebabkan
adanya pendapat yang beragam.
Akan
tetapi, perbedaan yang ada tidak menghalangi mereka bekerja sama. Mereka
mengabaikan perbedaan-perbedaan itu demi tercapainya tujuan. Sebab, semua
anggota BPUPKI memiliki tujuan dan cita-cita yang sama. Apakah itu? Tujuan dan
cita-cita itu adalah kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, semua tenaga dan
pikiran dicurahkan untuk meraih cita-cita mulia tersebut. Pada akhirnya, semua anggota
BPUPKI yang berbeda-beda dapat bersatu mewujudkan Indonesia merdeka.
2.
Bersatu dalam
Perbedaan
Tentu
kalian pernah melihat pelangi. Indah sekali bukan? Pelangi terlihat indah karena
tersusun atas beberapa warna yang berbeda. Warna-warna tersebut di antaranya
merah, kuning, dan hijau. Masih ingatkah kalian lagu tentang keindahan pelangi?
Indonesia juga tersusun atas
banyak
perbedaan. Perbedaan itulah yang membuat Indonesia menjadi berwarnawarni dan
indah.
Tahukah
kalian bunyi tulisan pada pita yang diceng keram kaki burung Garuda Pancasila?
Pada pita itu tertulis “Bhinneka Tunggal Ika”. Artinya, meskipun berbeda-beda,
kita adalah satu. Perbedaan-perbedaan yang ada bukan menjadi penghalang untuk
bekerja sama, tolong-menolong, dan hidup rukun. Perbedaan-perbedaan itulah yang
menjadikan kita perlu saling mengenal, menghormati, menolong, dan bekerja sama.
Para
pahlawan telah memberi contoh bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk
bersatu. Semangat persatuan dan perjuangan itu harus ditiru dan teladani.
Perbedaan-perbedaan di sekeliling kita bukanlah penghalang untuk bersatu.
Kini
kita telah merdeka dari penjajah. Ini bukan berarti kita tidak lagi memerlukan persatuan
dan kesatuan. Para pejuang dulu bersatu dan melupakan perbedaan untuk Indonesia
merdeka. Kini, kitapun harus tetap bersatu. Kita harus dapat mengesampingkan
perbedaan demi kepentingan bangsa dan negara.
3.
Nilai
Kebersamaan dalam Perumusan Pancasila
Apa
nilai yang dapat kita peroleh dari proses perumusan Pancasila? Pancasila tidak
hanya dirumuskan oleh satu orang. Para tokoh, seperti Bung Karno, Moh. Yamin,
dan Soepomo, berusaha keras menyumbangkan buah pikiran mereka. Mereka
bahu-membahu untuk merumuskan sebuah dasar Negara yang kuat. Meski berbeda
prinsip dan pendapat, mereka tidak menunjukkan sikap saling memusuhi. Bahkan,
mereka saling memberikan masukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Semua
itu dilakukan atas kesadaran untuk kepentingan bersama. Kepentingan tersebut
yaitu demi tegaknya kedaulatan negara dan kokohnya dasar negara Indonesia.
Selain
itu, dalam perumusan Pancasila juga melibatkan banyak pihak. Misalnya, Bung
Hatta yang mengusulkan perubahan bunyi kalimat dalam sila pertama. Usulan
tersebut sesungguhnya juga merupakan masukan dari sebagian komponen bangsa yang
tidak terlibat secara langsung dalam perumusan dasar negara. Hal itu
menunjukkan bahwa semua elemen bangsa merasa senasib dan seperjuangan. Mereka
pun turut menyumbangkan pemikiran. Mereka ikut berjuang dalam semangat
kebersamaan dan kekeluargaan. Terbukti pula bahwa Pancasila yang dirumuskan
dalam semangat kebersamaan mampu bertahan sampai sekarang. Pancasila pun mampu
menyatukan seluruh komponen bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Nah, itulah nilai kebersamaan yang dapat kita teladani dalam perumusan
Pancasila. Segala sesuatu yang dilakukan dalam semangat kebersamaan dan
kekeluargaan tentu hasilnya akan lebih baik. Hasilnya pun akan dirasakan
sebagai milik bersama sehingga terpelihara. Semua pihak pun akan merasa puas
karena telah turut mewujudkan kepentingan bersama.
E. Meneladani nila-nilai juang para
tokoh perumus pancasila
Apa yang dapat
kita teladani dari sejarah perumusan Pancasila? Selain kebersamaan, apa saja
nilai juang yang ada pada proses perumusan Pancasila? Berikut antara lain
nilai-nilai tersebut :
1. Musyawarah
Musyawarah
sangat diperlukan untuk mencapai tujuan bersama. Musyawarah adalah cara yang
ditempuh anggota BPUPKI ketika merumuskan Pancasila. Dengan banyaknya
perbedaan, pengambilan keputusan memang sulit dilakukan. Namun, para perumus
Pancasila membuktikan bahwa mereka dapat bekerja sama. Padahal, mereka memiliki
banyak perbedaan. Dengan kerja sama, sebuah keputusan bersama berupa Pancasila
pun berhasil disepakati. Kerja sama tersebut terwujud dalam Musyawarah.
2. Menghargai Perbedaan
Kesediaan
menghargai perbedaan merupakan salah satu kunci keberhasilan musyawarah. Tanpa
adanya kesediaan ini, keputusan dalam musyawarah tidak akan tercapai.
Menghargai perbedaan terletak pada kesediaan untuk menerima pendapat yang
berbeda demi kepentingan yang lebih besar. Dalam perumusan Pancasila, hal ini
terbukti penghapusan kalimat “dengan
kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Namun dengan adanya
kesediaan menghargai perbedaan, perdebatan tersebut tidak menjadi permusuhan.
Dengan kesediaan menghargai perbedaan lahirlah keputusan untuk mengganti
rangkaian kata tersebut. Akhirnya, para perumus memutuskan untuk mengubah
kata-kat tersebut menjadi “ketuhanan yang maha esa”.
3. Toleransi
Toleransi
masih berkaitan dengan menghargai perbedaan. Latar belakang yang berbeda dari
para perumus dasar Negara disatukan dalam wadah BPUPKI. Tentu saja perbedaan pendapat
ini terbawa kedalam siding. Latar
belakang yang berbeda pendapat yang muncul pun beragam. Perbedaan
tersebut bahkan kadang saling bertentangan. Agar dapat melahirkan sebuah dasar
Negara yang kokoh, perbedaan ini tidak boleh menjadi penghambat. Disinilah arti
penting toleransi. Tanpa adanya toleransi, keputusan bersama tidak akan
terwujud. Itulah beberapa nilai juang yang harus kita teladani dari para perums
pancasila. Tentu saja masih banya nilai yang lain yang dapat kita teladani.
F. Pengamalan nilai-nilai pancasila
dalamkehidupan sehari-hari
Kalian tentu telah mengetahui
nilai-nilai juang dalam perumusan pancasila. Kalian telah memahami jerih payah
para tokoh dalam merumuskan pancasila sebgai dsar Negara. Dalam sejarah bangsa
Indonesia. pancasila mampu mempertahankan keutuhan dan persatuan bangasa. Nah,
kalian tentu harus bangga memiliki dasar Negara yang sangat kokoh dan kuat.
Tetapi, cukupkah kita berbangga hati dengan memilikn dasar Negara pancasila?
Tentu tidak, bukan? Kita harus melakukan sesuatu lebih dari sekedar rasa
bangga. Kita harus dapat menerapkan pancasila dalam kehidpan sehari-hari.
Pancasila merupakan pencerminan jiwa
kebangsaan Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sangatlah luhur.
Pancasila dirancang sedemikian rupa sesuai kepribadian bangsa Indonesia.
Segenap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara terangkum di dalamnya. Kita
harus dapat meresapi nilai-nilai pancasila secara utuh.
Nilai-nilai yang melatarbelakangi
terwujudnya pancasila pn sangat mulia. Para tokoh telah mencurahkan seluruh
tenaga dan pikiran demi terwujudnya pancasila. Semua itu tidak akan pernah dapat
kita balas dan dinilai dengan uang. Kita harus menghargai dan meneruskan
cita-cita mereka.
Pancasila bukanlah hal yang remeh dan
sepele. Pancasila adalah dasar Negara, landasan kehidupan berbangsa dan
bernegara. pancasila tidak cukup dihafalkan dan dibaca setiap upacara bendera.
Kalian harus menghayati nilai-nilai pancasila. Selanjutnya kalian harus
menunjukan dalam tindakan nyata.
Pancasila
tidak akan memiliki makna tanpa pengamalan. Pancasila bukan sekedar simbol
persatuan dan kebanggaan bangsa. Tetapi, Pancasila adalah acuan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, kita wajib
mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Tingkah laku
sehari-hari kita harus mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila.
Untuk
mengamalkan Pancasila kita tidak harus menjadi aparat negara. Kita juga tidak
harus menjadi tentara dan mengangkat senjata. Kita dapat mengamalkan
nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kita
dapat memulai dari hal-hal kecil dalam keluarga. Misalnya melakukan musyawarah
keluarga. Setiap keluarga pasti mempunyai masalah.
Nah, masalah
dalam keluarga akan terselesaikan dengan baik melalui musyawarah. Kalian dapat
belajar menyatukan pendapat dan menghargai perbedaan dalam keluarga.
Biasakanlah melakukannya dalam keluarga.
Dalam
lingkungan sekolah pun kita harus membiasakan bermusyawarah. Hal ini penting
karena teman-teman kita berbeda-beda. Pelbagai perbedaan akan lebih mudah
disatukan bermusyawarah. Permasalahan yang berat pun akan terasa ringan.
Keputusan yang diambil pun menjadi keputusan bersama. Hal itu akan mempererat
semangat kebersamaan di sekolah. Tanpa
musyawarah,
perbedaan bukannya saling melengkapi. Tetapi, justru akan saling bertentangan.
Oleh karena itu, kita harus terbiasa bermusyawarah di sekolah. Kerukunan hidup
di lingkungan sekolah akan terjaga. Dengan demikian, kalian tidak akan kesulitan
menghadapi dalam lingkungan yang lebih luas. Berawal dari keluarga kemudian
meningkat dalam sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara.
1. Pengamalan Pancasila dalam Rangka Menghargai
Perbedaan
Pancasila
dirumuskan dalam semangat kebersamaan. Salah satunya terwujud dalam sikap
menghargai perbedaan. Perbedaan pendapat tidak menjadi hambatan untuk
menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Hal itu merupakan sikap yang harus kita
tiru. Pada waktu itu bangsa Indonesia belum memiliki dasar negara. Tetapi,
sikap para tokoh telah mencerminkan semangat kebersamaan dan jiwa ksatria.
Mereka bersedia menerima perbedaaan apa pun ketika proses perumusan dasar
negara berlangsung.
Nah,
sekarang kita telah memiliki Pancasila sebagai dasar negara yang kuat. Kekuatan
Pancasila telah terbukti selama berdirinya negara Indonesia. Pancasila mampu
menyatukan seluruh bangsa Indonesia. Pancasila juga mampu bertahan menghadapi
rongrongan pemberontak. Oleh karena itu, kita harus bangga memiliki dasar
negara yang kuat. Kita harus dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah menghargai perbedaan. Kita harus
memiliki sikap menghargai perbedaan seperti dalam perumusan Pancasila. Kita
harus menyadari bahwa negara kita terdiri atas beragam suku bangsa. Setiap suku
bangsa memiliki ragam budaya yang berbeda. Perbedaan suku bangsa dan budaya
bukan menjadi penghalang untuk bersatu. Tetapi, justru perbedaan itu akan
menjadikan persatuan Negara kita kuat seperti Pancasila.
2.
pengamalan pancasila dalam wujud sikap
toleransi
Kalian tentu
mengetahui latar belakang perubahan sila pertama dalam piagam Jakarta.
Perubahan tersebut dilakukan mengingat Negara kita terdiri atas beragam
perbedaan. Mengilangkan perbedaan dengan memaksakan kehendak tentu bukan
penyelesaian masalah tepat. Perbedaan harus disadari sebagai kekayaan bangsa
dan Negara. Perbedaan harus dapat diakomodasi dalam wadah Negara kesatuan
republic Indonesia. Oleh karena itulah sila pertama dalam wadah piagam Jakarta
disepakati untuk diubah.
Selain mampu menghargai
perbedaan, kita juga harus mampu bertoleransi. Baik golongan mayoritas ataupun
minoritas, yang kuat ataupun yang lemah. Yang kaya ataupun yang miskin,
memiliki hak yang sama sebagai warga Negara Indonesia. Kebebasan yang dimiliki
pun tidak boleh melanggar kebebasan orang lain. Oleh karena itu, kita harus
memahaminilai yang terkandung dalam pancasila dan mengamalkannya.
Oleh : PUTRI ANNGUN SARI (E1E214083)
Oleh : PUTRI ANNGUN SARI (E1E214083)
arigatou
BalasHapus